Senin, 17 Januari 2011

Mengenal Syi'ah ( bag. I )

MENGENAL SYI'AH ( Bag. I )

Oleh : KH.Shiddiq Amien

A. Sejarah Awal

Syiah menurut etimologi Bahasa Arab mempunyai arti "Sekumpulan orang yang menyepakati suatui perkara, pengikut seseorang atau pendukung" (tahdzibu al-Lughah 3:61).
Menurut terminology syariat, Syiah bermakna mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya, bahwasannya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau. (al-Fishal fil-milali wal-ahwa wal-nihal, Ibn Hazm 2:113).
Pada awal munculnya, tasyayu' (dukungan) kepada Ali hanyalah merupakan gerakan politik. Penggunaan term Syi'ah di masa Khalifah Ali ra berkonotasi setia dan membela, tidak ada akidah khusus sebagaimana pada Syiah saat ini. Pasca peristiwa tahkim atau arbitrase antara Ali dan Mu'awiyah, posisi Khalifah Ali semakin lemah dan sempit, terutama sekali sesudah penumpasan pasukan Ali terhadap kaum Khawarij di Nahrawan, telah mendorong mereka untuk membentuk pasukan berani mati yang terdiri dari: Abdurrahman bin Muljam untuk membunuh Ali di Kuffah, Hajaj bin Abdillah as-Sarimi untuk membunuh Muawiyah di Damaskus, dan Zadawih untuk membunuh Amr bin Ash di Mesir. Akan tetapi dua petugas yang disebut terakhir gagal mencapai maksudnya, dengan demikian posisi Muawiyah semakin kuat.

Kelahiran Syiah sebagai suatu aliran keagamaan yang bersipat pilitis secara utuh, dilihat dari aspek ajaran atau doktrin politiknya, yakni tentang legitimasi ke-khalifahan ada pada keturunan Ali dengan Fathimah, putrid Rasulullah saw. bermula sejak munculnya tuntutan penduduk Kuffah pendukung Ali, agar masalah ke-khalifahan dikembalikan kepada Ahlul-Bait. Yang dimaksud dengan Ahlul-Bait  oleh Syiah hanya dibatasi kepada Ali, Fathimah, Hasan, Husein dan keturunan Husein. Mereka tidak menganggap para istri Nabi saw, putra-putra Ali selain Hasan dan Husein, saudara-saudara perempuan Fathimah seperti Ruqayah, Ummu Kultsum dan Zainab, begitu pula keturunan Hasan bin Ali sebagai Ahlul-Bait. Dengan demikian lahirnya Syiah pada dasarnya bersamaan waktunya dengan pengangkatan Hasan bin Ali bin Abi Thalib sebagai Imam kaum Syiah. Pada masa ini posisi kaum Syiah semakin goyah karena derasnya fitnah, perselisihan dan perpecahan dikalangan mereka yang sengaja ditanamkan oleh golongan Syabaiyyah pengikut Abdullah bin Saba. Lemahnya kepemimpinan Hasan bin Ali menjadi factor yang mempersulit kaum Syiah. Usaha Hasan menumpas Syabaiyyah dan menentang pemerintahan Muawiyah, membuat banyak pendukung meninggalkannya dan berpaling kepada Muawiyah, sebagian bergabung dengan Syabaiyyah dan Khawarij. Akhirnya Hasan bin Ali memilih jalan damai dengan mengundurkan diri dari jabatan sebagai khalifah pada tahun 41H/661M. Sesudah Hasan bin Ali wafat diangkatlah saudaranya (yakni) Husein bi Ali sebagai Imam. Putera Ali kedua ini tampak memiliki semangat dan daya juang seperti bapaknya, namun saying ia harus tewas diujung pedang tentara Yazid bin Muawiyah di padang Karbala secara memilukan pada tanggal 1 Oktober 680 M.
Perubahan corak Syiah dari politik murni menjadi gerakan keagamaan antara lain dipengaruhi oleh kedengkian Yahudi dan Majusi (Persia) terhadap Islam. Karena Islam-lah yang telah menghancurkan dan mencabut akar-akar Yahudi dari jazirah Arab, negeri yang dianggap sangat penting bagi Yahudi, mereka telah lama menetap di Madinah dan Syan'a (Yaman) dan sebagian ujung-ujung jazirah Arab. Adapun Persia, mereka adalah bangsa kaya dan pernah berkuasa atas bangsa-bangsa lain termasuk bangsa Arab. Persia yang besar kerajaannya, kewibawannya tidak runtuh ditangan bangsa Romawi ataupun Mongol, tapi justru jatuh ditangan kaum muslimin yang berjumlah relative kecil dimasa kehkalifahan Umar Ibn al-Khathab ra.
Keinginan mengobarkan dendam lama nampak dari ucapan Imam Khomaeni: "…Sesungguhnya aku mengatakan dengan keberanian bahwa bangsa Iran (dulu Persia) dengan jumlah jutaan pada saat ini lebih utama dari pada bangsa Hijaz dimasa Rasulullah saw dan dari bangsa Kufah, Irak pada masa Amirul Mukminin Al-Husein bin Ali (Al-Washiyah Al-Ilahiyah hal.16).
Seorang orientalis Inggris Dr.Brown yang cukup lama tinggal di Iran untuk studi kesejarahan dalam Tarikh Adabiyat Iran jilid 1 hal 217 mengatakan : "… Diantara factor terpenting yang menyebabkan permusuhan penduduk Iran terhadap khalifah Ar-Rasyid kedua, Umar adalah karena dialah yang telah menaklukan Negara-negara non-Arab dan telah meruntuhkan kekuatan mereka. Hanya saja permusuhan mereka dibungkus dengan baju agama dan madzhab". Di bagian lain dia menjelaskan bahwa kebencian mereka kepada Umar bukan karena merampas hak-hak Ali dan Fathimah, melainkan karena dialah yang telah menaklukan Iran dan menumbangkan dinasti Sasaniyah. Kemudian dia menukil sebuah Syair lagu Persia : "Umar telah mematahkan punggung-punggung singa yang ganas dikandangnya dan telah mencabut keluarga Jamsyid (raja terbesar dari Persia), bukanlah pertentangan itu karena ia merampas hak Ali, tetapi dendam lama ketika ia menaklukan Persia. (ibid, jilid 4 hal 49)
Setelah bertemunya kepentingan Sabaiyyah dan Majusiyah, mereka menggunakan maker dengan mengeksploitasi terbunuhnya Ali bin Abi Thalib ra dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, kemudian membubuinya dengan fatwa-fatwa yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib dan keluarganya untuk kemudian membawa agama baru yang berdiri sendiri. Memiliki akidah dan syariah yang berbeda atau berpisah dari Islam, yang dibawa oleh As-Shadiq Al-Amin Muhammad saw. Maka dengan demikian tasyayu' (dukungan) dibangun dan berdiri diatas ucapan-ucapan dan perbuatan para Imam. Jika ditentang dengan ucapan atau perbuatan Imam itu sendiri yang dimuat dalam kitab mereka, dengan ringan mereka menjawab "Itu kan Taqiyyah". Jika ditentang dengan Al-Quran, mereka menjawab "Al-Quran yang ada telah diubah dan diganti". Jika dibantah dengan Sunnah yang shahih, mereka dengan mencibir berkata "Itu riwayat dari orang-orang yang murtad".

B. Abdullah bin Saba dan Syiah

Pencetus pertama dari Syiah (rafidhah) adalah seorang Yahudi dari Yaman (Shan'a) yang bernama Abdullah bin Saba al-Himyari atau Ibnu Sauda, yang menampakan ke-Islaman dimasa Khalifah Ustman bin Affan ra. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :"Asal usul faham ini dari munafiqin dan zanadiqah. Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba al-Zindiq. Ia menampakan sikap ekstrim didalam memuliakan Ali, dengan satu slogan bahwa Ali yang berhak jadi Imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma'shum" (Majmu' al-Fatawa 4:435).
Para ulama Syiah mutaakhirin banyak yang menyanggah tentang keberadaan dan keterlibatan Ibnu Sauda ini. Salah satunya Sayyid Muhammad Ali Kasyif Al-Ghitha, ketika ditanya oleh Sayyid Husain al-Musawi tentang Abdullah bin Saba, ia menjawab : "Sesungguhnya Abdullah bin Saba adalah khurafat yang dibikin-bikin oleh golongan Umawiyah dan Abbasiyah karena kedengkian mereka kepada Ahlul-Bait yang suci" (Mengapa Saya Keluar dari Syiah :11).
Padahal kitab-kitab Syiah yang dianggap mu'tabar dengan jelas mengakui keberadaan dan peran Abdullah bin Saba. Diantaranya :
Al-Kassyi dalam kitab "Rijal"-nya hal 257 menceritakan dari Ibnu Sinan, dari Abu Abdillah berkata : "Kami ahlul-bait adalah orang-orang yang jujur, tetapi selalu ada pendusta yang berdusta atas nama kami. Maka runtuhlah kejujuran kami dimata manusia. Adalah Rasulullah saw manusia paling jujur ucapannya, dan adalah Musailamah Al-Kadzab telah berani berbuat dusta atasnya. Adalah Amirul Mukminin (Ali) orang yang paling jujur yang dibersihkan oleh Alloh sepeninggal Rasululllah saw. dan Abdullah bin Saba -semoga laknat Allah- telah berani berdusta. Dan adalah Abu Abdillah Al-Husain bin Ali telah diuji dengan al-Mukhtar (Ats-Tsaqafi)".
Abu Musa, Al-Hassan bin Musa An-Nubakhti dalam kitabnya Firaq Al-Syiah hal 43-44 menjelaskan: Tatkala Ali as terbunuh,  pendukungnya terpecah menjadi tiga kelompok. Kelompok yang berkata sesungguhnya Ali tidak terbunuh dan tidak akan terbunuh atau mati hingga ia menggiring bangsa Arab dengan tongkatnya dan memenuhi bumi dengan keadilan dan kejujuran sebagaimana telah dipenuhi dengan kezdaliman dan kecurangan. Inilah kelompok pertama yang berfaham "Waqf Ghuluw" (berlebhan). Kelompok ini disebut "Sabaiyyah", pengikut Abdullah bin Saba, orang yang telah menampakkan penghinaan kepada Abu Bakar, Umar dan Utsman dan para shahabat, serta memaklumkan "bara'ah" (berlepas diri) dari mereka. Dia orang yang mengatakan bahwa Ali yang telah menyuruhnya berbuat demikian. Maka ia ditangkap oleh Ali. Setelah ditanya ia mengakuinya, maka Ali memerintahkan untuk membunuhnya. Tetapi orang-orang berteriak mengatakan : Ya Amiral Mukminin apakah engkau akan membunuh orang yang telah mengajak untuk mencintaimu dan Ahlul-Bait? Maka Ali mengusirnya ke Madain (ibu kota Persia/Iran). Sejumlah ahli ilmu shahabat Ali as mengisahkan bahwa Abdullah bin Saba asalnya Yahudi, lalu masuk Islam dan mendukung Ali. Dialah orang pertama yang menyiarkan kabar tentang kewajiban imamah Ali, yang memperlihatkan bara'ah dari musuh-musuhnya dan yang mengungkap lawan-lawannya. Dari sanalah orang diluar Syiah mengatakan bahwa asal usul Syiah diambil dari Yahudi. Tatkala Ibnu Saba di Madain mendengar wafatnya Ali, dia berkata kepada pembawa berita duka itu : "Kamu berdusta, seandainya engkau dating kepada kami dengan membawa otaknya dalam 70 kantong dan saksi adil sebanyak 70 orang tentu kami tetap yakin bahwa ia belum mati dan belum terbunuh, ia tidak akan mati sebelu menguasai bumi…"
Sayyid Ni'matullah al-Jazairi berkata: "Abdullah bin Saba berkata kepada Ali as, Kamu adalah Tuhan yang Besar. Maka Ali mengasingkannya ke Madain." (Al-Anwar An-Nu'maniyah 2:234)
Di dalam buku "Mengapa Saya Keluar dari Syiah" yang judul aslinya Lillahi Tsumma Li At-Tarikh, Sayyid Husain Al-Musawi menjelaskan bahwa lebih dari dua puluh referensi Syiah yang menyatakan eksistensi Abdullah bin Saba, seperti : Al-Gharat karya Ats-Tsaqafi, Rijal karya At-Thusi, Ar-Rijal karya Al-Hulli, Qamus Ar-Rijal karya Tasturi, Dairatul Ma'arif karya Al-Hariri, Al-Kuna wal-Alqab karya Abbas Al-Qumi, Hallul Iskal karya Ahmad bin Thusi, At-Tahrir karya Ath-Thawusi, dan sebagainya.
Diantara ajaran yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba dalam rangka merusak akidah dan memecah belah umat :
Bahwa Ali bin Abi Thalib ra telah menerima wasiat sebagai pengganti Rasulullah saw. (An-Nubakhti, Firaq asy-Syiah, hal.44).
Bahwa Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan ra adalah orang-orang dzalim yang telah merampas hak khalifah Ali sepeninggal Nabi saw. Umat Islam yang telah ikut membai'atnya dinyatakan murtad (An-Nubakhti, op.cit, hal 44).
Bahwa Ali bin Abi Thalib adalah pencipta semua makhluk dan pemberi rizki (Ibnu Badran, Tahdzib At-Tarikh ad-Dimasq, 7 :430).
Bahwa Nabi Muhammad saw akan kembali lagi ke bumi sebelum hari kiamat, sebagaimana akan kembalinya Nabi Isa as (Ibnu Badran, op.cit. 7:428).
Bahwa Ali ra tidak mati melainkan tetap hidup diangkasa, petir adalah suaranya ketika marah dan kilat adalah cemetinya (Ath-Thahir Ibnu Muhammad Al-Baghdadi, Al-Farq Baina Al-Firaq, hal 234)
Bahwa Ruh al-Quds berinkarnasi kedalam diri Imam Syiah (Al-Bad'u wa At-Tarikh, juz 5, hal 129)

Bersambung ..... !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar