Sabtu, 08 Januari 2011

Sekilas Mengenal Imam Ja’far ash-Shadiq –rahimahullaahu ta’ala-

Sekilas Mengenal Imam Ja’far ash-Shadiq 
–rahimahullaahu ta’ala-

Semenjak dahulu Syi`ah mengklaim bahwa mereka mengikuti manhaj dan langkah Ja`far ash-Shadiq. Madzhab mereka dalam bidang fikih adalah ucapan-ucapan dan pendapat-pendapatnya. Karena mereka menamakan dirinya sebagai Ja`fariyun, padahal Imam Ja`far berlepas diri dari mereka dan orang-orang seperti mereka. Mereka tidak berada di atas manhaj dan langkah-langkahnya dan dia bukanlah pemilik manhaj dan langkah-langkah yang diklaim tersebut.
Mereka menukil dari Imam Ja`far tanpa sanad atau dengan sanad maudhu` (dipalsukan) atau dha’if atau maqthuu` (terputus). Dan ini berlaku untuk para imam yang lain. Sudah dimaklumi bersama bahwa Syi`ah sangat kurang dan lemah dalam ilmu sanad, karena mereka tidak berpengalaman di dalam agamanya. Agama mereka adalah agama masyayikh mereka. Apa yang dikatakan oleh masyayikh, mereka menukilnya dari mereka tanpa memilih dan memilah. Salah seorang Syaikh Rafidhah telah mengakui dan dan membenarkan hal ini bahwa mereka menerapkan ilmu al-jarh wa at-ta`dil sebagaimana ahlus sunnah, maka tidak tersisa sedikitpun dari hadits mereka. Orang Syi`ah telah banyak berdusta atas Ja`far Ash-Shadiq, mereka menasabkan kepadanya banyak sekali dari riwayat-riwayat yang dibuat-buat, hingga pada akhirnya mereka pada perubahan dan penggantian ayat-ayat al-Qur-an.

Sebagaimana mereka menasabkan sebagian kitab kepada Imam Ja`far. Padahal para ahli ilmu bersaksi bahwa kitab-kitab itu dipalsukan atas namanya. Diantara kitab-kitab tersebut adalah:
Kitab Rasail Ikhwan ash-Shafa. Kitab ini dikarang lebih dari dua ratus tahun setelah wafatnya Imam Ja`far, pada waktu Dinasti Buwaihiyyah. Pada abad ketiga hijriyah (321 H - 447 H). Sementara Imam Ja`far telah wafat pada tahun 148 H. Kitab ini banyak berisi kekufuran, kebodohan dan juga filsafat buta yang tidak layak bagi Imam Ja`far ash-Shadiq dan ilmunya. Semoga Allah –ta’ala- merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Kitab al-Ja`far, yaitu kitab ramalan-ramalan tentang kejadian dan ilmu ghaib.
Kitab Ilm al-Bithaqah.
Kitab al-Jadawil atau Jadaawil al-Hilal, telah memalsukan atas nama Abdullah bin Mu`awiyah salah seorang yang sudah terkenal dengan kebohongan.
Kitab al-Haft.
Kitab Ikhtilaj al-A`dha.
Juga kitab-kitab lain seperti Qaus Qazah (pelangi) dan disebut Qaus Allah, Tafsir al-Quran, Manafi` al-Qur-an, Qira`ah al-Qur-an fi al-Manam, Tafsir Qira`ah as-Surah fi al-Manam dan al-Kalam `ala al-Hawadits.
Tidak ada satu penetapan yang jelas di kalangan Syi`ah bahwa kitab-kitab ini adalah kitab-kitab Imam Ja`far ash-Shadiq selain oleh Abu Musa Jabir bin Hayyan ash-Shufi ath-Tharthusi al-Kimai (200 H). Ibnu Hayyan ini diragukan tentang agama dan amanahnya. Dia memang menjadi teman bagi Ja`far, tetapi bukan Imam Ja`far ash-Shadiq melainkan Ja`far al-Barmaki. Diantaranya yang mengukuhkannya adalah Ibnu Hayyan tinggal di Baghdad, sementara Ja`far ash-Shadiq tinggal di Madinah. Juga abad pertama dan abad kedua tidak membutuhkan kitab-kitab dan risalah-risalah seperti yang telah dinasabkan kepada Ja`far ash-Shadiq ini.

Sekapur Sirih Tentang Kehidupan Imam Ja`far ash-Shadiq

Beliau adalah Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin al-Husain bin Ali bin Abu Thalib. Beliau adalah keturunan dari Abu Bakar ash-Shiddiq, karena ibunya adalah Ummu Farwah binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq. Dan nenek dari ibunya adalah Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar ash-Shiddiq. Semoga Allah meridhai mereka semua. Karena itu Imam Ja`far ash-Shadiq berkata, Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Siyaaru A`lami an-Nubala, hal.  259).
Beliau dilahirkan di Madinah tahun 80 H dan wafat tahun 148 H dalam usia mendekati 68 tahun. Beliau wafat di tempat beliau dilahirkan yaitu Madinah. Beliau meninggalkan tujuh anak, yaitu Ismail, Abdullah, Musa al-Kazhim, Ishaq, Muhammad, Ali dan Fathimah.
Beliau benar-benar shadiq, jujur dalam ucapannya dan perbuatannya, tidak dikenal dari diri beliau selain sifat shidq (jujur, benar), karena itu beliau diberikan gelar ash-Shadiq. Beliau juga diberi gelar al-Imam oleh Ahlus Sunnah karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Ja`far menimba ilmu dari para shahabat besar, seperti Sahl bin Sa`ad as-Sa`idi dan Anas bin Malik -radhiyallaahu anhu-, dan juga dari ulama tabi`in, seperti Atha` bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab az-Zuhri, Urwah bin az-Zubair, Muhammad bin al-Munkadir, Abdullah bin Abu Rafi`, dan Ikrimah Maula bin al-Abbas.
Diantara murid-murid beliau adalah Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Sufyan ats-Tsauri, Syu`bah bin al-Hajjaj dan Sufyan bin Uyainah. Para ulama Islam telah banyak memuji dan menyanjungnay.
Imam Ja`far ash-Shadiq termasuk orang yang sangat mencintai kakeknya Abu Bakar ash-Siddiq dan juga Umar bin al-Khaththab –rRadhiyallahu ta’ala `anhuma-. Beliau sangat mengagungkan keduanya, oleh karena itu beliau sangat membenci Rafidhah yang telah membenci keduanya.
Imam Ja`far juga membenci Rafidhah yang telah menetapkannya sebagai imam yang ma`sum. Diriwayatkan oleh Abdul Jabbar bin al-‘Abbas al-Hamdzani bahwa Ja`far bin Muhammad mendatangi mereka ketika mereka hendak meninggalkan Madinah. Beliau (ash-Shadiq) berkata, “Sesungguhnya kalian insyaAlloh adalah termasuk orang-orang shalih di negeri kalian, maka sampaikanlah kepada mereka ucapanku, ‘Barangsiapa yang mengira bahwa aku adalah imam ma`shum yang wajib ditaati maka aku benar-benar tidak ada sangkutpaut dengannya. Dan barangsiapa mengira bahwa aku berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar, maka aku berlepas diri daripadanya. ( Siyaaru A`lami an-Nubala’, hal. 259 ).
Muhammad bin Fudhail menceritakan dari Salim bin Abu Hafshah, Saya bertanya kepada Abu Ja`far dan putranya, Ja`far, tentang Abu Bakar dan Umar. Maka beliau berkata, `Wahai Salim cintailah keduanya dan berlepas diri musuh-musuhnya karena keduanya adalah imam huda.` Kemudian Ja`far berkata, `Hai Salim apakah ada orang yang mencela kakeknya? Abu Bakar adalah kakekku. Aku tidak akan mendapatkan syafaat Muhammad -shallallaahu `alaihi wa sallam- pada hari Kiamat jika aku tidak mencintai keduanya dan memusuhi musuh-musuhnya. Ucapan Imam Ja’far ash-Shadiq seperti ini dia ucapkan di hadapan bapaknya, Imam Muhammad bin Ali al-Baqir dan dia tidak mengingkarinya. ( Tarikh al Islam, 6/46 ).
Hafsh bin Ghayats murid dari Imam Ja’far ash-Shadiq berkata, “Saya mendengar Ja`far bin Muhammad berkata, ‘Aku tidak mengharapkan syafa’at untukku sedikit pun melainkan aku berharap syafa’at Abu Bakar semisalnya. Sungguh dia telah melahirkanku dua kali.”
Sebagaimana murid Imam Ja`far yang tsiqat lainnya yaitu Amr bin Qa’is al-Mulai mengatakan, “Saya mendengar Ibnu Muhammad (ash-Shadiq) berkata, ‘Allah -ta`ala- berlepas diri dari orang yang berlepas diri dari Abu Bakar dan ‘Umar.” ( Siyaaru A’lam an-Nubala : 260 ).
Zuhair bin Mu`awiyah berkata, “Bapaknya berkata kepada Ja`far bin Muhammad, `Sesungguhnya saya memiliki tetangga, dia mengira bahwa engkau berbara` (berlepas diri) dari Abu Bakar dan ‘Umar.’ Maka Ja`far berkata, `Semoga Allah berbara` (belepas diri) dari tetanggamu itu. Demi Allah sesungguhnya saya berharap mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadaku karena kekerabatanku dengan Abu Bakar. Sungguh aku telah mengadukan (rasa sakit), maka aku berwasiat kepada pamanku (dari ibu) Abdurrahman bin al-Qasim.” ( at-Taqrib, Ibnu Hajar, dan Tarikh al-Islam, adz-Dzahabi ).
Dari beberapa perkataan Imam Ja`far ash-Shadiq di atas, menjelaskan akan kecintaan Imam Ja’far kepada Abu Bakar dan Umar, wala`nya kepada keduanya serta taqarrubnya kepada Allah –ta’ala- dengan wasilah mahabbah ( kecintaan )dan wala` tersebut. Juga menunjukkan kebencian kepada yang membenci keduanya dan bara` ( berlepas diri ) kepada yang bara` dari keduanya. Bahkan bara`nya dari orang yang meyakini imamah dan kema`shumannya. Dan permohonannya kepada Allah –ta’ala- agar Allah memutus segala rahmat-Nya dari orang-orang yang memusuhi Abu Bakar dan Umar.

Maraji`: Gen Syi`ah, Sebuah Tinjauan Sejarah Penyimpangan ‘Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan al-Buhairi, Penerbit Darul Falah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar